Jumat, 19 April 2013

Nilai sikap dan karakter apa yang harus ditumbuhkan pada siswa ketika belajar konsep-konsep dalam ekologi hewan? Berikan contoh riilnya!


Konsep-konsep dalam ekologi hewan itu sendiri adalah individu, populasi, komunitas, ekosistem. Pada titik ini pula, dunia pendidikan dituntut mampu mengembangkan perspektif yang relevan. Dimana  ketika mempelajari konsep-konsep dalam ekologi hewan diharuskan membangun pengertian bahwa dimana kerusakan ekologi dapat mempengaruhi pertumbuh kembangan hewan yang menyebabkan kelangkaan hingga kepunahan. Maka harus dimengerti bahwa dalam pembelajaran ekologi terdapat saling hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Dalam pendidikan ekologi dapat menerapkan pendekatan karakter ekologis dimana siswa harus mengerti bahwa dalam mempelajari konsep-konsep dalam ekologi hewan harus berusaha menekan jumlah kepunahan daari suatu populasi hewan tersebut.
Dalam peningkatan sikap, siswa dituntut untuk berwawasan ekologis, mengingat krisis ekologi hewan selama ini telah banyak terjadi kerena ulah beberapa manusia yang tidak bertanggung jawab. Perbuatan eksploitasi seperti pengeksploitasian gading gajah, kulit harimau maupun jenis-jenis pengeksploitasian hewan yang telah merajalela menunjukan bahwa kurang pekanya siswa terhadap krisis hewan yang telah terjadi. Dengan menumbuhkan kecintaan akan hewan dan kesejahteraan kehidupan hewan secara perlahan-lahan dapat meminimalisir tindak criminal dalam kasus eksploitasi.
Salah satu contoh dari pembelajaran ekologi hewan untuk meningkatkan nilai karakter dan sikap dalam memahami konsep-konsepnya adalah dengan cara ikut berperan serta dalam lambaga-lembaga maupun organisasi konservasi hewan sebagai upaya dalam meminimalisir kasus kelangkaan maupun kepunahan hewan tersebut. Lembaga maupun organisasi seperti WWF dapat secara tidak langsung meningkatkan kecintaan siswa terhadap hewan.

Apakah manfaat pengetahuan tentang relung bagi aktivitas konservasi? Berikan salah satu contoh hewan langka, lakukan kajian tentang relungnya.


Relung atau niche merupakan tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Dengan mengetahui relung dari hewan tersebut maka kita akan memiliki pengetahuan dalam mengembangkan konservasi serta segala aktivitas mengenai konservasi hewan tersebut untuk meminimalisir langkanya maupun punahnya hewan tersebut.
Sebagai salah satu contoh hewan langka adalah Kuskus (Spilocuscus rufoniger). Dimana Kuskus ini pada umumnya menyukai makanan berupa serangga, binatang kecil, hingga telur burung. Bisa bertahan hidup di daerah hutan hujan tropis. Dan merupakan jenis hewan yang suka menyendiri pada waktu memburu makanan. Biasanya Kuskus mencari makan pada malam hari karena dianggap aman dari incaran musuh.Selain itu Kuskus juga hidup dari satu dahan pohon ke pohon yang lain.
Menurut literature yang ada, habitat Kuskus secara umum adalah di hutan, baik hutan primer maupun sekunder dan secara topografis kuskus dapat dijumpai terbatas pada dataran rendah sampai dataran tinggi (0 - 1200) meter dpl. Kuskus yang ditemukan juga berada di atas pohon yang cukup tinggi sekitar 15 - 25 meter di atas tanah. Dimana secara umum semua jenis kuskus mendiami dan hidup di atas puncak pohon dan jarang turun ke tanah.
Bagian tanaman yang dikonsumsi oleh kuskus adalah daun dari tanaman Artocarpus communis. Selain daun juga memakan buah yang masak maupun muda, pucuk daun dan bunga. Selain bersifat herbivora kuskus kadang mengkonsumsi jenis insect, vertebrata kecil, telur burung, kadal dan lain-lain (WWF, 2012)*.
Selain itu, menurut jurnal yang ada Umumnya sarang berada di tegakan ampupu  (Eucalyptus urophylla) yang cukup rapat dengan tajuk pohon saling menutupi satu sama lain. Tajuk yang rapat ini memudahkan kuskus untuk bergerak dan berpindah dari satu pohon ke pohon yang lainnya dengan cepat. Selama masa penelitian sering dijumpai pula bahwa letak pohon ampupu (Eucalyptus urophylla) tempat sarang/habitat kuskus ditemui, selalu berdekatan dengan pohon tune (Podocarpus imbricata) atau berdekatan dengan pohon hau solalu (Podocarpus neriifolius). Hal ini dapat diduga bahwa pemilihan lokasi sarang/habitat berkaitan dekatnya sarang dengan salah satu sumber pakan alami kuskus. Tune maupun hau solalu diantaranya merupakan jenis tumbuhan hutan yang menjadi pakan alami kuskus.
Ketinggian sarang kuskus umumnya berada diatas 20 m dari tanah. Terkadang pada sebatang pohon terdapat 2-3 lubang sarang. Kuskus adalah hewan arboreal atau hewan yang hidupnya di atas pohon dan pemanjat pohon yang gesit. Selain kedua kaki dan kedua tangannya yang kuat mencengkeram dahan-dahan pohon, ekornya yang prehensil juga merupakan tangannya yang kelima untuk mencengkeram dan bergelantungan pada dahan pohon (Wartika, 2005)*.
(*lebih jelasnya literature dapat dilihat di link jurnal dan literatur http di bawah)

http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0601/D060110.pdf

Uraikan satu contoh pemanfaatan indikator hewan untuk monitoring kondisi lingkungan secara mendetail, mulai dari jenis, prinsip dan praktik pemanfaatannya!


Bioindikator adalah organisme atau respon biologis yang menjadi petunjuk atau keterangan adanya polutan dengan timbulnya berbagai gejala khas dan respon yang terukur. Salah satu contoh pemanfaatan indikator hewan adalah dengan memanfaatkan makrofauna permukaan tanah. Makrofauna tanah memiliki arti penting pada ekosistem. Pada ekosistem pertanian, makarofauna tanah berperan dalam pemeliharaan sifat fisika, kimia dan biologi tanah, terutama sebagai dekomposer sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman budidaya. Selain itu berbagai jenis makrofauna tanah juga berperan sebagai hama, sedangkan sebagian lainnya berperan sebagai predator sehingga erat kaitannya dengan sistem pengendalian hayati.
Terjadinya penurunan keanekaragaman makrofauna tanah maka menyebabkan perubahan keseimbangan komunitas sehingga dapat menimbulkan peningkatan spesies-spesies tertentu yang umumnya berpotensi sebagai hama tanaman. Oleh karena itu penurunan keanekaragaman makrofauna tanah diduga dapat dijadikan bioindikator kesehatan tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman atau fungsi produktif lainnya. Salah satu contoh dari makrofauna permukaan tanah adalah semut Odontomachus sp. Dimana semut Odontomachus sp ini memiliki potensi sebagai jenis makrofauna permukaan tanah yang dapat dialihfungsikan sebagai indikator tingkat kesuburan tanah.  
Dalam jurnal biologi dijelaskan bahwa kelimpahan semut Odontomachus sp. berpotensi untuk digunakan sebagai bioindikator kesehatan tanah. Dimana nilai indeks diversitas makrofauna tanah berpotensi sebagai bioindikator kandungan Corganik dan P-total tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui sumbangan nutrien sebagai hasil proses dekomposisi (Sugiyarto, 2005)*
(*lebih jelasnya literature dapat dilihat di link jurnal http di bawah)



Jelaskan aplikasi konsep interaksi populasi, khususnya parasitisme dan parasitoidisme, dalam pengendalian biologis. Berikan contohnya!


Konsep interaksi populasi sendiri adalah merupakan proses hubungan timbal baik antar populasi, baik hubungan yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Parasit sendiri adalah hewan renik yang dapat menurunkan produktivitas hewan yang ditumpanginya. Sedangkan parasitoidisme adalah parasit yang menggunakan jaringan organisme lainnya untuk kebutuhan nutrisi mereka sampai orang yang ditumpangi meninggal karena kehilangan jaringan atau nutrisi yang dibutuhkan.  Parasit dan parasitoid merupakan organisme yang tidak menguntungkan hanya saja pada parasitoid, bersifat parasit pada saat larva saja sedangkan pada saat dewasanya parasitoid hidup bebas
Pengendalian biologis merupakan metode dalam mengendalikan hama menggunakan parasitoid, predator, dan patogen (musuh alami) untuk mengurangi populasi hama. Pengendalian biologi ini secara alami akan dapat menekan populasi organisme tanpa bantuan dari manusia., dan hanya setelah alam terganggu maka populasi arthropoda meningkat secara dramatis menjadi hama ‘baru’. Biocontrol juga termasuk pengaplikasian teknologi melalui usaha manusia untuk memperbaiki, meningkatkan, atau meniru fenomena alam.
Dalam suatu literatur, salah satu contoh pengaplikasian parasitoid dalam mengendalikan hama secara alami adalah pengendalian hayati gulma menggunakan serangga herbivora. Dimana serangga herbivora dapat memakan berbagai bagian tanaman. Serangga ini mungkin pula merusak tanaman dengan melubangi batang atau akar ketika meletakkan telurnya. Jenis serangga herbivora ini dapat pula mengendalikan gulma dengan jalan mentransmisikan penyakit (patogen) tanaman. Salah satu serangga herbivora yang digunakan sebagai agen pengendali hayati harus spesifik, sehingga hanya menekan populasi gulma tanpa berpengaruh buruk terhadap tanaman budidaya.
Salah satu contoh pengendalian menggunakan serangga yaitu pengendalian kaktus Opuntia inermis dan O. stricta dengan menggunakan ngengat Cactoblastis cactorum di Australia. Namun keberhasilan pengendalian hayati gulma di suatu tempat tidak selalu dapat diulangi di tempat lain. Ngengat Cactoblastis kurang berhasil ketika digunakan untuk mengendalikan kaktus Opuntia di Afrika Selatan (Rizka, 2010)*.
(*lebih jelasnya literature dapat dilihat di link jurnal http di bawah)




Jelaskan pemanfaatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan langka!


Konsep kelimpahan merupakan perbedaan populasi serta penyebaran populasinya baik masuk maupun keluar dari populasi tersebut. Dalam populasi tersebut terjadi kerapatan suatu spesies pada suatu ruang maupun wilayah tertentu yang disebut dengan intensitas. Melimpahnya sumber daya yang terdapat dalam wilayah populasi tersebut dapat menyebabkan prevalensi, yaitu meningkatnya frekuensi kehadiran suatu organisme lain pada wilayah maupun ruang tersebut dalam waktu yang tertentu. Suatu spesies hewan yang prevalensinya tinggi dapat lebih sering dijumpai, karena daerah penyebarannya luas. Sebaliknya, untuk suatu spesies yang prevalensinya rendah, hanya dapat dijumpai pada tempat-tempat tertentu saja karena daerah penyebarannya sempit.
Dalam ekologi tersebut apabila telah banyak populasi dari spesies lain yang masuk maka akan mencapai tingkat kepadatan maupun kerapatan tertentu maka akan terjadi penyebaran populasi yang disebut dengan disperse. Penyebaran pada tempat yang baru ini akan membentuk populasi yang nantinya akan kembali menempati, beradaptasi, dan membentuk keseimbangan baru. Karena penyebaran yang berskala besar maka akan terjadi keterbatasan daya dukung lingkungan, termasuk didalamnya berupa keterbatasan ketersediaan sumberdaya makanan, ruang, dan lain-lain sehingga menyebabkan setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan daerah wilayahnya.
Pertahanan akan wilayah ini menyebabkan populasi tersebut akan meneruskan kemampuannya untuk bereproduksi, dan meneruskan keturunannya. Pada keadaan ini populasi akan menekankan ketahanan hidupnya sebagai suatu faktor penting dalam perubahan ukuran populasi seiring dengan berjalannya waktu. Seperti yang dijelaskan dalam literature, Akan terjadi kelangkaan bahwa suatu spesies apabila reproduksinya dalam jumlah kecil (tidak banyak) dan menambah kelangkaan apabila daerah yang dihuninya juga terlalu kecil. Selain itu apabila ketersediaan sumberdaya rendah juga dapat terjadi kelangkaan (Surya, 2010)*.
Jadi dari uraian diatas dapat ditetapkan suatu spesies tersebut langka apa tidak jika kita mengetahui secara urut dan pasti serta memanfaatkan setiap konsep mulai dari konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, hingga konsep kelulushidupan.
(*lebih jelasnya literature dapat dilihat di link literatur http di bawah)

Konsep waktu-suhu yang berlaku pada hewan poikilotermik sangat berguna aplikasinya dalam pengendalian hama pertanian, khususnya dari golongan serangga. Jelaskan arti konsep waktu secara singkat, dan berikan contoh ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010.


Konsep waktu-suhu sendiri adalah gabungan antara faktor waktu dengan faktor suhu lingkungan yang memiliki keterkaitan satu sama lain dalam perkembangan suatu organisme. Dalam pekembangannya terkait dengan hewan poikiloterm, kombinasi antara kondisi waktu dan suhu lingkungan sangat berpengaruh karena hewan poikiloterm termasuk hewan yang memiliki panas tubuh berasal dari lingkungan atau jenis hewan yang tergantung pada sumber panas eksternal. Karena bergantung pada suhu eksternal maka suhu tubuh hewan poikiloterm cenderung berfluktuasi untuk mengikuti suhu di lingkungannya.
Jenis hewan poikiloterm tidak dapat tumbuh dan berkembang bila suhu lingkungannya tidak memadai atau tidak sesuai, seperti contoh jika suhu lingkungannya berada dibawah batas minimum maka hewan poikiloterm sulit untuk tumbuh dan berkembang walaupun dengan waktu yang lama, begitu pula sebaliknya. Sehingga untuk dapat tumbuh dan berkembang, jenis hewan poikiloterm memerlukan suhu lingkungan di atas batas suhu minimumnya. Dengan suhu berada maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang.
Salah satu contoh dari jenis hewan poikiloterm adalah ulat bulu yang pernah menyebabkan kasus yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010. Peledakan populasi ulat bulu ini dapat disebabkan oleh kombinasi waktu dan suhu lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhannya. Berdasarkan jurnal biologi, ada beberapa faktor suhu yang memicu pengaruh dari peledakan populasi ulat bulu tersebut adalah perubahan tersebut dipicu oleh beberapa hal, yakni musim hujan yang panjang pada tahun 2010−2011 yang menyebabkan kenaikan kelembapan udara. Suhu yang berfluktuasi ini berdampak terhadap iklim mikro yang mendukung perkembangan ulat bulu. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah abu vulkanik akibat letusan Gunung Bromo, penanaman hanya satu varietas mangga, peralihan fungsi hutan menjadi hutan produksi, dan penggunaan input kimia seperti pestisida dan pupuk ikut menjadi pemicu ledakan populasi ulat bulu (Baliadi, Yuliantoro, dkk. 2012)*.
Berdasarkan uraian tersebut peledakan populasi ulat bulu dipengaruhi oleh suhu yang rendah karena musim hujan yang berkepanjangan sehingga suhu ini menyebabkan waktu tumbuh kembang ulat bulu menjadi sangat singkat dan cepat sehingga populasi ulat bulu tersebut meningkat dan menyerang hanya satu varietas mangga. Selain itu jumlah predator yang sedikit juga mempengaruhi perbanyakan jumlah ulat bulu tersebut.
(*lebih jelasnya literature dapat dilihat di link jurnal dan literatur http di bawah)



Minggu, 17 Maret 2013

Tupai


Bajing dan Tupai adalah dua jenis hewan yang berbeda walaupun dari kedua jenis binatang tersebut sama-sama pintar dan hebat, sehingga orang Indonesia sering menggunkan istilah dari kata bajing dan tupai. Bajing dan Tupai memiliki perbedaan, Tupai sepintas mirip dengan bajing, tetapi berbeda anatomi dan perilakunya.Tupai merupakan mamalia kecil dari bangsa Scandentia yang sering kali dikelirukan dengan Bajing. Tupai banyak memangsa serangga, sehingga dahulu dimasukkan ke dalam bangsa (ordo) Insectivora (pemakan serangga). Ciri khas Tupai adalah mempunyai moncong sangat panjang pada bagian muka yang terdapat mulut dan hidung, sedangkan tidak demikian dengan bajing yang pada bagian mulut dan hidungnya relatif agak rata.

(salah satu contoh tupai kekes di toko
hewan splindid-Malang)
Bajing merupakan mamalia pengerat (ordo Rodentia) dari suku (famili) Sciuridae yang dalam bahasa Inggris disebut squirrel. Sedangkan Tupai berasal dari famili Tupaiidae dan Ptilocercidae yang dalam bahasa Inggris disebut treeshrew. Secara ilmiah (ilmu biologi), Bajing berbeda dengan Tupai, bahkan sangat jauh kekerabatannya. Dalam hal makanannya pun berbeda. Bajing merupakan binatang pengerat yang memakan buah-buahan sedangkan Tupai merupakan binatang pemakan serangga (Anonymous, 2011).


Taksonomi

Taksonomi dari tupai:
Kerajaan              : Animalia
Filum                    : Chordata
Kelas                   : Mammalia
Ordo                    : Scandentia
Famili                   : Tupaiidae
(Anonymous, 2013)

Ciri Umum

Tupai adalah segolongan mamalia kecil yang mirip dan kerap dikelirukan dengan bajing. Secara ilmiah, tupai tidak sama dan jauh kekerabatannya dengan keluarga bajing. Tupai banyak memangsa serangga, dan dahulu dimasukkan ke dalam bangsa Insectivora (pemakan serangga) bersama-sama dengan cerurut. Sedangkan bajing dan bajing terbang termasuk bangsa Rodentia (hewan pengerat) bersama-sama dengan tikus. Bajing merupakan salah satu hama kelapa. Dalam bahasa Inggris, tupai disebut treeshrew, yang arti harfiahnya cerurut pohon (tree pohon, shrew cerurut) meski tidak semuanya arboreal (hidup di pohon).
tupai kekes (Tupaia javanica)

Tupai memiliki otak yang relatif besar. Rasio besar otak berbanding besar tubuh adalah yang terbesar pada makhluk hidup, bahkan mengalahkan manusia. Tupai memiliki panjang tubuh kira-kira 25 cm . Di belakangnya sering kali terjuntai ekor di atas punggungnya, lebar, tegak, berumbai dan hampir sama panjang dengan badannya. Berkat ekor panjangnya ini, tupai dapat melompat dari satu pohon ke pohon yang lain tanpa kehilangan keseimbangan.

Kumis tupai juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan. Jika kumisnya dipotong, tupai tak dapat menjaga keseimbangan. Disamping itu, mereka juga menggunakan kumisnya untuk mengenali benda-benda di sekitarnya di malam hari.Ketika mereka tidak bergerak, tubuh binatang kecil ini akan dengan cepat kehilangan panas dan mudah membeku. Oleh karena itu, Selama tidur tupai melilitkan ekornya yang berbulu tebal ke tubuh dengan kencang. Ekor tupai bagaikan sebuah mantel. Di hari-hari yang dingin, ekornya melindungi mereka dari kebekuan.

Kuku kecilnya yang tajam menjadikannya dapat memanjat pohon tanpa kesulitan. Ia dapat dengan mudah berlari sepanjang dahan, bergantungan dengan kepala di bawah dan bergerak dalam posisi seperti ini. Tupai kelabu sebagai contoh, dapat melompat dari ujung dahan ke dahan pohon yang lain sejauh 4 meter . Ketika melompat, ia meregangkan kaki depan dan belakangnya dan melayang. Sementara itu, ekornya yang dipipihkan memelihara keseimbangannya sekaligus menjadi kemudi yang mengarahkannya.
tupai kekes (Tupaia javanica)

Tupai bahkan dapat jatuh bebas dari dahan setinggi 9 meter di atas tanah dan mendarat dengan mulus di atas tanah dengan keempat kakinya.Selain itu, tupai juga memiliki gigi yang dapat aus atau tanggal dan gigi yang aus ini akan segera digantikan dengan pertumbuhan gigi baru.

Tupai berkembang biak sekali atau dua kali setahun, dan melahirkan beberapa anak setelah tiga sampai enam minggu, tergantung pada spesies. Umumnya, tupai adalah makhluk sosial, sering tinggal di koloni dan berkembang dengan baik. Seperti kebanyakan binatang, tupai memiliki cara komunikasi antar sesamanya. Tupai merah, misalnya, ketika melihat musuh, mengibaskan ekornya dan mulai membuat kegaduhan.

Ciri umum tupai jantan yaitu sering melakukan masturbasi untuk melindungi diri dari penyakit menular seksual (PMS). Masturbasi memungkinkan tupai untuk membersihkan alat kelaminnya dan mengeluarkan sisa-sisa sperma dan kotoran yang ada (Nur, 2011).

Habitat

Tupai hidup di hampir semua habitat dari tropis hutan hujan ke semi kering padang pasir , dan hanya menghindari daerah kutub tinggi dan gurun terkering. Tupai kebanyakan hidup di hutan-hutan Eropa dan Amerika Utara dan ada juga di Pulau Kalimantan (Borneo) yang kemungkinan merupakan pusat keragaman jenis-jenis tupai, mengingat sebelas (12 jika Palawan dimasukkan) dari 20 spesies tupai di dunia.

Dari segi lokasi para tupai ini memilih bersarang di tempat/pohon yang memang lebat yang fungsinya untuk melindungi diri dari hujan dan keselamatan dari bahaya.Tupai ini tergolong binatang pintar dilihat dari cara mereka membangun sangkarnya. Mereka membuat sangkar berbentuk lingkaran dan hanya ada satu jalan keluar. Didalam lingkaran itualah mereka beristirahat dan bereproduksi. Bahan-bahan sangkarnya pun tergolong bahan bahan halus seperti kapas dan daun pisang yang sudah matang (Nur, 2011).

Kebiasaan hidup tupai di hutan-hutan terbuka dan perkebunan. Tupai selalu aktif di siang hari, terutama di waktu pagi. Perilakunya serupa dan sukar dibedakan dari bajing kelapa. Apalagi kedua jenis hewan ini memiliki ukuran tubuh yang hampir sama dan relung ekologis yang bertumpang tindih. Akan tetapi tupai selalu mencari makanan di alam liar yang berupa buah-buahan dan kacang-kacangan. Sering pula mengunjungi pohon-pohon yang mati untuk mencari serangga dibalik kulit kayunya yang mengering.

Putaran Kehidupan

Tupai berkembang biak setahun sekali, biasanya dibulan Mei atau Juni. Masa kehamilannya sekitar 40 hari, dimana jumlah anak yang dilahirkan antara 2-6 ekor. Sejak kelahiran, anak-anak tupai ini akan dirawat dan dilindungi oleh induk betina mereka hingga mampu meninggalkan sarang, tetapi induk jantannya tidak berpatisipasi dalam mengasuh keturunan mereka. Anak tupai akan terlahir gundul, mata tertutup, dengan kulit berwarna merah transparan. Sekitar 4 minggu, mata anak tupai sudah mulai terbuka dan tubuhnya sudah ditumbuhi bulu. Setelah 7 minggu, tupai remaja sudah bisa melompat dan akan benar-benar mandiri setelah berusia 12 minggu (Iqbal, 2012).

Manfaat

Manfaat daging tupai dapat dijadikan sebagai obat untuk penderita diabetes mellitus. Selain itu, jika ditinjau dari segi ekologi, tupai bermanfaat secara tidak langsung membantu penyebaran biji suatu tumbuhan. Tupai biasanya  membawa makanan ke dalam kantong dan mengusungnya ke sarangnya. Di dalam sarang, terdapat lebih dari satu gudang penyimpan, yang kebanyakan telah mereka lupakan. Tentu ada juga hikmah dari hal ini, karena dalam beberapa lama biji buah kering di dalam tanah yang dilupakan oleh sang tupai itu akan tumbuh menjadi pepohonan baru (Nur, 2011).

Perilaku

Pada musim dingin, sulit bagi tupai untuk menemukan makanan, sehingga pada musim panas mereka mengumpulkan makanan untuk dimakan pada bulan-bulan panjang dan dingin berikutnya. Tupai termasuk di antara binatang-binatang yang menyimpan makanan untuk musim dingin. Tupai menyimpan makanannya dengan menimbunnya di beberapa tempat. Berkat ketajaman penciumannya, mereka dapat mengenali aroma biji-bijian yang tetimbun salju sedalam 30 sentimeter .Akan tetapi, tupai sangat hati-hati ketika mengumpulkan makanannya. Mereka tidak mengumpulkan buah, daging atau jenis makanan yang cepat membusuk, tetapi tupai hanya mengumpulkan buah-buahan kering dan dapat tahan lama seperti kenari, hazelnut, dan buah cemara.
Salah satu contoh tupai
tupai kekes (Tupaia javanica)
Tupai termasuk hewan yang cukup pintar. Hewan ini juga memiliki perilaku-perilaku yang khusus untuk mempertahankan hidupnya. Perilaku itu antara lain:
  • Tupai sering melakukan kamuflase, terutama ketika di batang pohon. Tupai juga memiliki kecepatan berpindah dari pohon satu ke pohon lainnya, sehingga predator akan terkecoh.
  • Kaki; Tupai memiliki kemampuan untuk mengubah kaki mereka seratus delapan puluh derajat, yang memungkinkan untuk segera berlari menaiki pohon terdekat untuk melarikan diri.
  • Pipi; Pada tupai berkantung pipi, pipi digunakan untuk menyimpan sementara makanannya. Kantung-kantung pipi ini sebenarnya adalah lipatan-lipatan kulit yang menggelambir. Bagian dalam lipatan ini kosong tapi tidak basah, sehingga makanan dapat disimpan dalam kantung-kantung ini untuk waktu yang cukup lama tanpa rusak. Kantung-kantung ini melebar ke samping.Untuk mengisi kantung-kantung ini, tupai mengambil sebutir kenari di antara tangannya, dan memotong ujung-ujung kenari dengan giginya. Kemudian, ia meletakkan sebuah kenari di salah satu kantung, dan satu kenari lagi di ujung kantung lainnya. Kantung-kantung tersebut diisi dengan cara ini satu demi satu. Tupai dapat menempatkan empat kenari di setiap kantung. Karena itu, wajah tupai berubah terus sehingga kita menganggapnya lucu dan menarik.
  • Ekor; Tupai akan mengibaskan ekornya dari sisi ke sisi untuk mengalihkan perhatian predator. Ketika tertangkap oleh predator, ekor akan benar-benar putus, memungkinkan tupai kesempatan untuk melarikan diri. Jika tupai tanah California diserang oleh ular, mungkin melawan kembali menggunakan mekanisme unik yaitu memanaskan ekornya.
  • Suara; Sebuah tupai tanah California akan memanfaatkan suara dari predator utama, ular, sebagai mekanisme pertahanan. Dengan kata lain, mereka mampu membedakan suara berderak dari suara-suara lain lain. Bahkan, tupai dapat menilai tingkat bahaya ular yang mewakili dari suara tersebut. Kadang-kadang tupai akan terlibat dalam pasir, menendang untuk memancing ular ke gemeretak untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang ukuran dan bahaya predator.
  • Kumis; Kumis bagi seekor tupai digunakan sebagai pengatur keseimbangan tubuh serta untuk mengenali benda-benda ketika di malam hari (Nur, 2011).
Rujukan: